
Kombel Spegasa, Kombel Inspiratif Untuk Semua
Pendahuluan
Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya, terutama pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam beberapa tahun terakhir, dinamika dunia pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang sangat cepat, baik dari sisi kebijakan, seperti penerapan Kurikulum Merdeka maupun dari sisi kebutuhan pembelajaran abad ke-21 yang menuntut guru untuk lebih adaptif, reflektif, dan kolaboratif. Namun pada kenyataannya, tidak semua pendidik memiliki kesiapan atau akses yang memadai untuk terus berkembang secara profesional.
Di SMP Negeri 3 Samigaluh, kondisi serupa juga dirasakan. Sebagian guru telah menunjukkan semangat belajar yang tinggi, namun terbatasnya forum berbagi, kurangnya pendampingan kontekstual, dan keterbatasan literasi digital menjadi tantangan tersendiri. Banyak guru masih bekerja secara individual, dan kegiatan pengembangan diri cenderung bersifat seremonial atau tidak berkelanjutan. Hal ini berdampak pada ketidakkonsistenan penerapan strategi pembelajaran yang aktif dan bermakna di kelas, serta belum optimalnya pencapaian kompetensi peserta didik sebagaimana yang diharapkan dalam Profil Pelajar Pancasila.
Melihat realitas tersebut, saya memandang perlunya inisiatif yang mampu memperkuat pengembangan kompetensi pendidik secara kolektif dan kontekstual. Oleh karena itu, saya mulai menggerakkan dan memperkuat komunitas belajar di tingkat sekolah dan lintas sekolah, melalui forum seperti Kombel SPEGASA (Komunitas Belajar SMP Negeri 3 Samigaluh) dan sekitarnya. Komunitas ini tidak hanya menjadi tempat berbagi praktik baik, tetapi juga menjadi ruang refleksi bersama, merancang pembelajaran kontekstual, dan saling mendukung pengembangan profesional secara berkelanjutan.
Praktik baik ini penting karena lahir dari kebutuhan nyata di lapangan. Komunitas belajar memungkinkan guru untuk saling belajar satu sama lain dalam suasana yang setara, terbuka, dan membangun. Ini menjadi salah satu strategi yang paling relevan untuk menjawab tuntutan kurikulum, meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional, serta menciptakan budaya belajar sepanjang hayat di lingkungan sekolah. Tidak hanya guru, tenaga kependidikan juga turut dilibatkan dalam proses penguatan budaya sekolah dan manajemen pembelajaran yang mendukung visi sekolah.
Dalam praktik baik ini, saya memegang peran sebagai kepala sekolah dan penggerak komunitas belajar, dengan tanggung jawab sebagai berikut:
- Menginisiasi dan mengelola kegiatan komunitas belajar secara rutin, baik di tingkat sekolah maupun lintas sekolah melalui jejaring SPEGASA.
- Menyusun agenda berbasis kebutuhan nyata, seperti praktik micro teaching, bedah kurikulum atau review kurikulum, kegiatan pengimbasan peserta seminar atau diklat guru, pengembangan asesmen, dan diskusi reflektif.
- Memfasilitasi proses kolaborasi antar guru dan tenaga kependidikan untuk mengembangkan perangkat ajar, strategi pembelajaran aktif, serta pemanfaatan teknologi.
- Mendokumentasikan praktik baik dan menyebarluaskannya sebagai inspirasi ke sekolah lain di lingkungan Kapanewon Samigaluh dan sekitarnya.
- Mendorong budaya refleksi dan pembelajaran berkelanjutan, agar setiap anggota komunitas belajar tidak hanya menjadi pelaksana kurikulum, tetapi juga menjadi pembelajar sejati.
Praktik ini bukan sekadar program kerja tambahan, melainkan bagian dari komitmen saya sebagai kepala sekolah untuk turut menghadirkan transformasi pendidikan dari akar rumput. Dengan komunitas belajar yang hidup dan bermakna, saya percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal-hal kecil yang dikerjakan bersama.
Tujuan Praktik Baik
Tujuan utama dari praktik baik ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui penguatan komunitas belajar yang kolaboratif, kontekstual, dan berkelanjutan. Secara lebih rinci, praktik baik ini bertujuan untuk:
- Mewadahi kebutuhan pengembangan profesional guru dan tenaga kependidikan yang relevan dengan tantangan pembelajaran saat ini, khususnya dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
- Meningkatkan kemampuan refleksi dan kolaborasi antar pendidik melalui forum diskusi, praktik berbagi, dan kegiatan pelatihan internal.
- Mendorong lahirnya praktik pembelajaran aktif, bermakna, dan berdiferensiasi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di satuan pendidikan.
- Menguatkan budaya belajar sepanjang hayat di lingkungan sekolah melalui kebiasaan bertukar ide, pengalaman, dan solusi nyata dari praktik lapangan.
- Memberdayakan komunitas belajar lintas sekolah sebagai strategi peningkatan mutu pendidikan yang berbasis pada kekuatan lokal dan jaringan guru yang saling mendukung.
Deskripsi Kegiatan
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah kegiatan telah dirancang dan dilaksanakan secara bertahap dan terstruktur, baik di lingkup internal sekolah maupun dalam jaringan komunitas belajar SPEGASA. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan guru mata pelajaran, wali kelas, kepala sekolah, tenaga kependidikan, serta rekan sejawat dari sekolah lain yang memiliki semangat yang sama untuk bertumbuh bersama. Berikut adalah bentuk konkret kegiatan dalam praktik baik ini:
1. Refleksi dan Identifikasi Kebutuhan Kompetensi
Kegiatan diawali dengan melakukan refleksi bersama terhadap tantangan yang dihadapi guru dalam pembelajaran, seperti rendahnya partisipasi siswa, kesulitan dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, atau penyusunan asesmen diagnostik. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menentukan tema komunitas belajar
2. Rapat Koordinasi Komunitas dan Penyusunan Agenda
Dilakukan secara berkala bersama anggota komunitas belajar di sekolah dan lintas sekolah (melalui SPEGASA). Dalam rapat ini disepakati jenis kegiatan, jadwal, penanggung jawab, serta bentuk dokumentasi yang akan digunakan.
3. Kegiatan Diskusi dan Berbagi Praktik Baik
Kegiatan ini dilakukan secara daring maupun luring, antara lain: (1) sesi peer sharing tentang strategi pembelajaran aktif dan berdiferensiasi; (2) bedah praktik pembelajaran berbasis proyek (PjBL); dan Pemanfaatan teknologi (Canva, Padlet, Quizizz, dll.) dalam pembelajaran.
4. Micro Teaching
Anggota komunitas belajar melakukan praktik mengajar terbuka yang direkam atau disaksikan langsung oleh rekan sejawat. Setelah itu, dilakukan diskusi reflektif untuk memberikan umpan balik yang membangun. Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran secara nyata berdasarkan masukan dari rekan sejawat.
5. Pendampingan Penyusunan Perangkat Ajar dan Asesmen
Dilakukan secara kolaboratif dalam kelompok kecil, guru-guru menyusun atau mengembangkan perangkat ajar seperti modul ajar, asesmen formatif, dan instrumen refleksi. Kegiatan ini difasilitasi oleh guru inti, fasilitator komunitas belajar, atau kepala sekolah.
6. Webinar dan Forum Diskusi Bersama SPEGASA
Sebagai bentuk pengembangan jejaring lintas sekolah, komunitas belajar juga menyelenggarakan webinar bersama dengan tema-tema yang sesuai dengan kebutuhan anggota, seperti "Wujudkan Pembelajaran Aktif dan Bermakna dengan MPI". Dalam kegiatan ini, saya juga berperan sebagai narasumber utama (keynote speaker), berbagi praktik dan strategi pembelajaran.
7. Dokumentasi dan Refleksi Berkala
Setiap kegiatan komunitas belajar didokumentasikan dalam bentuk notulensi, foto, video, dan laporan reflektif. Dokumentasi ini menjadi bagian penting untuk menilai proses, keberhasilan, dan ruang perbaikan ke depan. Selain itu, hasil dokumentasi juga menjadi bahan publikasi praktik baik di forum-forum pendidikan yang lebih luas.
Isi
Tantangan yang Dihadapi
Dalam proses pelaksanaan praktik baik ini, berbagai tantangan muncul baik dari sisi internal sekolah maupun eksternal, yang perlu dikelola dengan bijak dan solutif. Beberapa tantangan utama yang dihadapi antara lain:
1. Perbedaan Tingkat Komitmen dan Motivasi
Tidak semua guru dan tenaga kependidikan memiliki tingkat motivasi dan kesiapan yang sama untuk terlibat aktif dalam komunitas belajar. Sebagian masih memandang kegiatan ini sebagai tambahan beban kerja, bukan sebagai kebutuhan pengembangan diri. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga konsistensi keikutsertaan dan kualitas keterlibatan anggota.
2. Keterbatasan Waktu dan Jadwal yang Padat
Kegiatan komunitas belajar harus disesuaikan dengan jadwal kegiatan sekolah yang sudah padat, seperti pembelajaran, tugas administrasi, serta kegiatan non-akademik. Hal ini sering kali membuat agenda komunitas belajar harus diadakan di luar jam kerja atau dengan penyesuaian waktu yang fleksibel, yang membutuhkan komitmen ekstra dari semua pihak.
3. Rendahnya Literasi Teknologi pada Sebagian Pendidik
Beberapa guru masih mengalami kesulitan dalam mengakses atau memanfaatkan teknologi pembelajaran yang menjadi materi utama dalam beberapa sesi komunitas belajar. Hal ini mengharuskan adanya pendampingan tambahan dan pendekatan bertahap agar tidak menimbulkan rasa minder atau ketertinggalan.
4. Fasilitas Pendukung yang Terbatas
Terutama untuk kegiatan micro teaching, keterbatasan ruang, perangkat perekaman, atau koneksi internet dapat menghambat kelancaran kegiatan. Hal ini perlu diantisipasi dengan perencanaan yang matang dan pemanfaatan sumber daya yang ada secara kreatif.
5. Belum Terbangunnya Budaya Reflektif secara Menyeluruh
Budaya refleksi dan terbuka terhadap umpan balik belum sepenuhnya terbentuk. Beberapa guru masih merasa canggung ketika harus menunjukkan praktik pembelajaran atau menerima kritik dari rekan sejawat. Perlu waktu dan proses untuk membangun rasa aman, saling percaya, dan semangat perbaikan bersama dalam komunitas.
Pihak yang Terlibat
Keberhasilan praktik baik ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang saling mendukung dan berperan sesuai kapasitasnya. Adapun pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
1. Guru dan Tenaga Kependidikan SMP Negeri 3 Samigaluh
Sebagai pelaku utama, guru dan tenaga kependidikan menjadi anggota aktif komunitas belajar, baik dalam merancang, menjalankan, maupun mengevaluasi kegiatan. Mereka juga menjadi mitra diskusi dalam berbagai sesi refleksi dan praktik berbagi.
2. Kepala Sekolah
Kepala sekolah berperan sebagai pendukung utama (supporting leader), memberikan arahan, mengalokasikan waktu dan sumber daya, serta memastikan kegiatan komunitas belajar sejalan dengan visi-misi sekolah dan program peningkatan mutu pendidikan.
3. Fasilitator Komunitas Belajar dan Penggerak SPEGASA
Saya sendiri, sebagai penggerak komunitas belajar sekaligus bagian dari forum SPEGASA, bertanggung jawab dalam merancang agenda, memfasilitasi sesi, dan menjaga keberlanjutan kegiatan. Selain itu, saya juga membangun jejaring dengan sekolah lain untuk memperluas kolaborasi lintas satuan pendidikan.
4. Guru dari Sekolah Jejaring (anggota Kombel SPEGASA)
Guru-guru dari sekolah lain di wilayah Kapanewon Samigaluh turut terlibat dalam sesi webinar, diskusi tematik, dan praktik berbagi antar sekolah. Kolaborasi ini memberikan warna dan perspektif baru dalam pengembangan profesional.
5. Pengawas Sekolah dan Dinas Pendidikan
Meski tidak terlibat dalam pelaksanaan harian, peran pengawas dan dinas pendidikan sangat penting dalam memberikan dukungan kebijakan, validasi praktik baik, serta penyebarluasan hasil kegiatan ke jenjang yang lebih luas.
6. Peserta Didik (secara tidak langsung)
Meskipun tidak terlibat langsung dalam kegiatan komunitas belajar, peserta didik adalah penerima dampak utama dari peningkatan kompetensi guru. Perubahan dalam strategi pembelajaran, suasana kelas, dan bentuk asesmen berdampak pada peningkatan minat belajar dan hasil belajar mereka.
Aksi Nyata
Untuk memastikan komunitas belajar dapat berjalan efektif dan mencapai tujuannya, berbagai tantangan yang muncul telah direspon dengan serangkaian langkah konkret dan strategi adaptif. Aksi-aksi ini dirancang secara partisipatif, fleksibel, dan kontekstual agar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi riil di lapangan.
1. Membangun Komitmen Melalui Dialog dan Keteladanan
Dilakukan pendekatan persuasif kepada guru dan tenaga kependidikan melalui diskusi informal, forum awal komunitas, serta pembiasaan berbagi praktik positif yang sudah dilakukan oleh rekan sejawat. Saya juga berusaha memberi keteladanan dengan menjadi peserta aktif dan fasilitator dalam berbagai kegiatan komunitas.
Adapun strategi yang diterapkan, antara lain:
- Mengangkat keberhasilan kecil guru sebagai inspirasi.
- Menghindari pendekatan top-down; lebih menekankan pada semangat tumbuh bersama.
- Melibatkan guru secara sukarela pada tahap awal untuk menciptakan suasana aman dan menyenangkan.
Pihak-pihak yang dilibatkan adalah guru-guru lintas mata pelajaran, kepala sekolah, dan fasilitator komunitas belajar. Sedangkan sumber daya yang digunakan adalah testimoni guru, dokumentasi praktik baik, dan ruang diskusi informal seperti grup WhatsApp komunitas.
2. Penjadwalan Fleksibel dan Efisien
Agenda komunitas belajar dirancang dengan mempertimbangkan kesibukan guru. Kegiatan dilaksanakan secara bergantian antara daring dan luring, dengan waktu yang tidak mengganggu jam pembelajaran utama, seperti sore hari, hari kamis, atau menggunakan jam kosong bersama.
Adapun strategi yang diterapkan antara lain:
- Memanfaatkan waktu efisien, misal kegiatan dibatasi maksimal 60 menit.
- Menggunakan sistem rotasi kepemimpinan dan fasilitator agar tidak terpusat.
- Memanfaatkan platform daring seperti Zoom, Google Meet, dan WhatsApp untuk koordinasi cepat.
Pihak-pihak yang dilibatkan adalah seluruh anggota komunitas belajar dan kepala sekolah (untuk dukungan penjadwalan). Sedangkan sumber daya yang digunakan adalah akses internet, ruang rapat guru, perangkat gawai, dan kalender kegiatan sekolah.
3. Pendampingan Teknologi Secara Personal dan Bertahap
Memberikan pelatihan ringan dan pendampingan langsung bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang masih kurang familiar dengan teknologi. Pendampingan dilakukan dalam kelompok kecil atau satu per satu sesuai kebutuhan masing-masing PTK.
Adapun strategi yang diterapkan antara lain:
- Pelatihan berbasis kebutuhan, misalnya: "Cara Membuat Presentasi Interaktif dengan Canva".
- Sesi teman sebaya, yaitu guru atau staf TU yang menguasai aplikasi tertentu mendampingi guru atau staf TU lain.
- Dokumentasi dalam bentuk video tutorial pendek agar bisa dipelajari mandiri.
Pihak-pihak yang dilibatkan adalah fasilitator komunitas belajar, guru atau staf TU yang menguasai teknologi, serta guru/staf TU sasaran. Sedangkan sumber daya yang dimanfaatkan adalah laptop, gawai, koneksi internet, video tutorial, dan akun Canva/Google.
4. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal dan Kreatif
Mengoptimalkan fasilitas sekolah dan kreativitas anggota untuk menyelenggarakan kegiatan komunitas meskipun dengan keterbatasan. Misalnya, menggunakan ruang kelas untuk micro teaching, meminjam tripod sederhana dari guru lain, atau memanfaatkan kamera ponsel untuk dokumentasi.
Adapun strategi yang diterapkan antara lain:
- Prinsip “gunakan apa yang ada”: tidak menunggu fasilitas ideal.
- Berbagi sumber daya antar sekolah dalam jaringan SPEGASA.
- Dokumentasi sederhana tapi efektif.
Pihak-pihak yang dilibatkan adalah guru anggota komunitas, kepala sekolah, dan jejaring sekolah mitra. Sedangkan sumber daya yang digunakan adalah ruang kelas, papan tulis, tripod, ponsel guru, dan perangkat sederhana lainnya.
5. Membangun Budaya Reflektif dan Aman dalam Belajar
Menumbuhkan suasana komunitas yang suportif dan non-judgmental, di mana setiap guru merasa aman untuk berbagi praktik, mengakui tantangan, serta menerima masukan dari rekan sejawat.
Adapun strategi yang diterapkan antara lain:
- Menetapkan kesepakatan komunitas belajar: "semua anggota adalah pembelajar".
- Sesi refleksi rutin yang disampaikan secara positif dan konstruktif.
- Menyediakan waktu khusus untuk refleksi tertulis setelah kegiatan.
Pihak-pihak yang dilibatkan adalah semua anggota komunitas belajar, fasilitator, kepala sekolah. Sedangkan sumber daya yang digunakan adalah lembar refleksi, Google Form, atau jurnal refleksi sederhana.
Dengan strategi-strategi ini, praktik komunitas belajar menjadi lebih inklusif, adaptif, dan relevan bagi semua anggota. Tantangan tidak dilihat sebagai hambatan, tetapi sebagai peluang untuk menguatkan kolaborasi dan kreativitas komunitas. Fleksibilitas, empati, dan partisipasi menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan setiap aksi.
Refleksi
Setelah serangkaian langkah dan strategi dilakukan dalam pelaksanaan komunitas belajar yang berfokus pada peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, terdapat sejumlah hasil dan dampak nyata yang dapat direfleksikan baik dari sisi proses maupun luaran yang dihasilkan.
1. Dampak Positif dan Efektivitas Strategi
Secara umum, strategi yang diterapkan terbukti cukup efektif dalam mendorong transformasi pembelajaran di lingkungan SMP Negeri 3 Samigaluh dan jejaring SPEGASA. Dampak positif yang paling menonjol antara lain:
- Meningkatnya keterlibatan aktif guru dalam kegiatan komunitas belajar, terlihat dari antusiasme dalam diskusi, peningkatan kehadiran, dan kemauan berbagi praktik.
- Terciptanya budaya reflektif dan kolaboratif, di mana guru tidak lagi sungkan menunjukkan kekurangan dalam pembelajaran dan justru terbuka terhadap umpan balik dari rekan sejawat.
- Bertambahnya kemampuan guru dalam merancang dan menerapkan pembelajaran aktif, berdiferensiasi, serta pemanfaatan media digital secara lebih percaya diri.
- Meningkatnya kualitas perangkat ajar dan asesmen formatif, karena disusun secara kolaboratif dan berbasis kebutuhan nyata peserta didik.
- Munculnya inisiatif lanjutan dari guru, seperti membuat kelompok belajar kecil, membuat media ajar mandiri, bahkan merancang program tindak lanjut bersama wali kelas dan tenaga kependidikan.
Efektivitas ini tidak hanya dirasakan oleh guru, tetapi juga memberikan dampak positif pada peserta didik, seperti meningkatnya partisipasi dalam kegiatan kelas, hasil belajar yang lebih baik, dan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
2. Respon dari Pihak Lain
Respon dari berbagai pihak terhadap praktik baik ini sangat positif. Beberapa tanggapan yang mencerminkan dampak antara lain:
- Guru ataupun staf TU merasa lebih percaya diri, lebih terhubung dengan rekan sejawat, dan memiliki tempat untuk bertanya, belajar, dan bertumbuh bersama.
- Pengawas Sekolah menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu langkah konkret yang memperkuat budaya belajar guru dan mengapresiasi inisiatif komunitas belajar ini sebagai model pengembangan kompetensi berbasis kebutuhan riil dan potensi lokal.
- Sekolah lain dalam jejaring SPEGASA menyatakan ketertarikan untuk mengadopsi metode pelaksanaan, seperti micro teaching reflektif dan sesi berbagi praktik, ke dalam kegiatan sekolah masing-masing.
3. Faktor Keberhasilan dan Kendala
Beberapa faktor keberhasilan yang paling berpengaruh antara lain:
- Adanya dukungan kepala sekolah yang membuka ruang dan memberikan legitimasi terhadap kegiatan komunitas belajar.
- Kepemimpinan komunitas yang inklusif dan melibatkan semua pihak, bukan hanya terpusat pada satu individu.
- Penguatan motivasi intrinsik guru melalui pengakuan atas pencapaian kecil dan proses pembelajaran yang menyenangkan.
- Fleksibilitas pelaksanaan yang menyesuaikan kebutuhan dan konteks lapangan, sehingga guru merasa tidak terbebani.
Namun demikian, beberapa kendala masih perlu diatasi agar praktik ini dapat berjalan lebih optimal dan berkelanjutan, seperti:
- Masih adanya guru yang pasif, yang belum merasa nyaman untuk tampil atau berbagi praktik.
- Keterbatasan waktu dan beban administratif, yang kadang membuat konsistensi pelaksanaan menjadi terhambat.
- Keterbatasan dokumentasi yang sistematis, yang dapat menjadi kendala saat ingin menyebarluaskan atau mengevaluasi dampak secara menyeluruh.
4. Pembelajaran dari Proses
Dari keseluruhan proses praktik baik ini, terdapat beberapa pembelajaran penting yang saya dapatkan:
- Perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, terutama jika dilakukan secara konsisten dan melibatkan orang lain dengan semangat kolaborasi.
- Komunitas belajar bukan sekadar forum diskusi, tetapi ruang pertumbuhan bersama, di mana guru merasa dihargai, aman untuk belajar, dan termotivasi untuk berkembang.
- Refleksi dan dukungan sejawat adalah kunci dalam peningkatan kualitas pembelajaran, lebih daripada sekadar pelatihan formal.
- Budaya belajar guru harus dibangun dari dalam sekolah itu sendiri, dan praktik baik ini membuktikan bahwa hal tersebut sangat mungkin terjadi bila ada komitmen dan fasilitasi yang tepat.
Penutup
Praktik komunitas belajar yang dilakukan ini menjadi bukti bahwa dengan keterbukaan, dukungan, dan semangat kolaboratif, guru dapat terus berkembang meskipun dengan sumber daya terbatas. Saya meyakini bahwa apa yang telah dirintis di SMP Negeri 3 Samigaluh ini dapat terus dilanjutkan dan menjadi inspirasi bagi sekolah lain dalam mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
INFO SPMB 2025
Halo, Calon Bintang Masa Depan! Kami mengundang putra-putri terbaik untuk bergabung menjadi bagian dari keluarga besar SMP Negeri 3 Samigaluh, sekolah yang terus bertransformasi menjad
PERAYAAN HUT KE-41 SMP NEGERI 3 SAMIGALUH: MERAYAKAN PERJALANAN PENUH PRESTASI DAN KREATIVITAS!
Hello, Samigaluh Squad! Nggak kerasa, ya, sudah 41 tahun SMP Negeri 3 Samigaluh jadi bagian penting dalam mencetak generasi hebat. Yup, tanggal 30 Desember 1983 adalah hari bersejarah
Ramadhan Week Spegasa 2024
Semarak Ramadhan Week di SMP Negeri 3 Samigaluh! Dari tanggal 1 hingga 5 April 2024, kita telah bikin hari-hari puasa jadi lebih penuh makna dan syiar agama Islam lebih terasa di h
P5 KKO SMP N 3 SAMIGALUH
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Kelas Khusus Olahraga (KKO) SMP Negeri 3 Samigaluh: "Bangunlah Jiwa Raganya". SMP Negeri 3 Samigaluh memiliki salah satu program unggu
KOMPETISI KKO SE-DIY TAHUN 2023
Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Ungkapan tersebut telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa, secara historis olahraga memegang peranan ya
HARI ULANG TAHUN SMP N 3 SAMIGALUH KE-40
Hari Ulang Tahun (HUT) ke-40 SMP Negeri 3 Samigaluh merupakan sebuah perayaan yang dirayakan setiap tahunnya pada bulan Januari. Perayaan ini diadakan sebagai bentuk apresiasi atas kesu
KEGIATAN PARENTING BERSAMA SIDINA COMMUNITY
Senin, 16 Oktober 2023, SMP Negeri 3 Samigaluh mengadakan kegiatan Parenting. Apakah kegiatan parenting itu? Parenting merupakan proses merawat dan mendidik anak-anak dengan tujuan
SEJARAH BERDIRINYA KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO)
Kelas Khusus Olahraga (KKO) adalah sebuah kelas di suatu sekolah yang dibentuk secara khusus untuk menampung dan melayani siswa yang mempunyai bakat atau potensi khusus, dalam hal ini a
OSIS SMP Negeri 3 Samigaluh Periode 2021/2022
Foto bersama setelah dilaksanakan pelantikan pengurus OSIS baru.